Sabtu, 22 Maret 2008
AdamAir: Sudah Jatuh Ditimpa Tangga
Setidaknya ada beberapa masalah penting yang dihadapi AdamAir yang dipublikasikan media pada saat ini. Pertama, sering terjadinya musibah kecelakaan pesawat yang dioperasikan menimbulkan masalah karena lessor (yang menyewakan pesawat) juga akan menarik pesawatnya.
Kedua, AdamAir mengalami kesulitan keuangan yang tentunya berpeluang mengancam kelangsungan operasional usaha. Ketiga-dan ini yang paling memukul maskapai penerbangan itu-adalah hengkangnya Global Transport Service, anak perusahaan PT Bhakti Investama Tbk (milik Hary Tanoe) dari maskapai tersebut.
Tidak mengherankan jika kemudian Adam Suherman, Direktur Utama AdamAir mengecap bahwa pengusaha media tersebut melakukan "tabrak lari" dan lepas tangan dari tanggung jawab. Ke depan, sebaiknya pemerintah dalam hal ini Departemen Perhubungan seharusnya selektif dalam memilih dan mengizinkan masuknya investor baru di bisnis transportasi udara.
Jangan sampai pengusaha model "tabrak lari" dibiarkan berkeliaran bebas di udara. Soalnya, yang kasihan bukan hanya AdamAir-yang sudah jatuh tertimpa tangga pula. Namun masa depan kehidupan manusia yang menggantungkan kepada sekitar 3.000-an karyawan AdamAir, pasti akan semakin gelap. Dalam konteks inilah, kami dari TransCare turut menuntut tanggung jawab moral Departemen Perhubungan.
Mudah-mudahan komunitas dan konsumen maskapai penerbangan nasional mencatat hal demikian dalam sejarah hidupnya, sekaligus menjadi hikmah dan instrospeksi untuk semakin berhati-hati jika akan menggandeng investor raksasa.
Jumat, 14 Maret 2008
Hary Tanoe tinggalkan AdamAir
Direktur GTS Gustiono Kustianto mengatakan keputusan itu mengacu pada rendahnya tingkat keselamatan, selain tidak adanya transparansi di AdamAir. "Pertimbangannya terutama tidak ada perbaikan safety sejak GTS masuk," ujarnya kemarin.
Menanggapi pernyataan Gustiono, Presdir AdamAir Adam Adhitya Suherman kepada Bisnis mengaku kecewa terhadap GTS yang akan menarik investasi di perusahaan itu.
Dia berpendapat keputusan itu menunjukkan Bhakti tidak memiliki tanggung jawab seperti tujuan awal perusahaan tersebut mengakuisisi 50% saham AdamAir. "Saya belum menerima surat resmi, tapi keputusan GTS sangat tidak bertanggung jawab."
Adam Adhitya menyatakan keputusan akan mundurnya GTS menunjukkan perusahaan itu ingin cuci tangan dari seluruh masalah yang dialami AdamAir.
GTS sebagai pemegang saham AdamAir, menurutnya, harus turut bertanggung jawab terhadap kondisi perusahaan, bahkan yang terburuk sekalipun. Jika akan keluar, GTS semestinya melakukan dengan baik sesuai� dengan aturan, karena terkait dengan 3.000 karyawan AdamAir.
Harry Tanoe tarik investasi di AdamAir
Direktur GTS Gustiono Kustianto mengatakan rencana itu menyusul rendahnya tingkat keselamatan AdamAir pascamasa pembelian 50% saham maskapai itu. "Pertimbangannya tak ada perbaikan safety sejak kami [GTS] masuk ke AdamAir," ujarnya hari ini.
Selain masalah keselamatan, Gustiono menyatakan masalah transparansi juga menjadi alasan akan mundurnya GTS dari maskapai berkonsep tarif murah (low fare) itu. Gustiono yang juga VP Direktur Utama yang merangkap direktur keuangan AdamAir akan menarik diri dari manajemen maskapai itu.
Disinggung apakah kejadian tergelincirnya pesawat Boeing 737-400 AdamAir di Bandara Hang Nadim Batam pekan lalu sebagai puncak dari sikap pihak manajemen GTS untuk menarik investasinya, Gustiono tidak membantahnya.
PT Bhakti Investama Tbk sebelumnya melalui anak perusahaannya GTS dan Five Star mengakuisisi 50% saham AdamAir pada 12 April 2007. GTS menguasai 19%, sedangkan Five Star sebanyak 31%. Penandatangan perjanjian transaksi akuisisi saham itu dilakukan Dirut GTS Hartono Tanoesoedibjo dengan Dirut AdamAir Adam Adhitya Suherman di Menara Kebon Sirih, Jakarta.
Dengan penandatanganan perjanjian pokok investasi itu, menandakan resminya Bhakti Investama Global masuk ke AdamAir dan melebarkan sayap bisnisnya ke industri penerbangan.
Kamis, 13 Maret 2008
Ban Pesawat Garuda Pecah
Administrator Bandara Juanda, Hari Bintoro menjelaskan, seluruh penumpang yang berjumlah 150 orang dan awak pesawat selamat. Belum diketahui secara pasti penyebab meletusnya ban pesawat Garuda dengan nomor penerbangan GA 312 ini. Rencananya, setelah diperbaiki pesawat akan diterbangkan kembali ke Jakarta.
Kecelakaan Pesawat : Adam Air Berhasil Ditarik
Tim baru berhasil memasang alat penarik pesawat setelah tujuh jam mencoba. Tim mengalami kesulitan menarik bangkai pesawat karena kondisi tanah yang licin dan lembek. Ban pesawat seringkali terbenam dalam lumpur. Eevakuasi baru berhasil pukul 05.30 WIB [baca: Pesawat Adam Air Dievakuasi].
Bangkai pesawat yang ditarik menggunakan towing itu membutuhkan waktu sekitar lima menuju kargo bandara. Melihat kondisi cuaca yang kurang baik dewasa ini, Ketua KNKT Tatang Kurniadi mengimbau agar pilot menunda penerbangan jika cuaca buruk. Bangkai pesawat Adam Air ini selanjutnya diserahkan KNKT ke Adam Air untuk diperbaikiSelasa, 05 Februari 2008
Marwoto Berusaha Minimalisasi Korban Kecelakaan Pesawat
Di sela-sela pemeriksaan Marwoto Komar di Gedung Direktorat Reserse Kriminal Polda DIY, Assegaf mengatakan menghadapi situasi yang berat Captain Marwoto Komar berusaha keras agar pesawat yang dipilotinya itu kembali naik. "Namun usaha itu tidak membuahkan hasil," katanya.
Setelah gagal menaikkan pesawat, lanjutnya, Marwoto Komar juga berusaha agar pesawat bisa mencapai runway. Dalam pertimbangan Marwoto, ujarnya, jika pesawat tidak mencapai runway, maka akan banyak korban meninggal.
"Sebab pesawatnya akan menimpa perkampungan penduduk yang padat," ujarnya.
Ia mengatakan, usaha itu berhasil meski hard landing itu menewaskan 22 penumpang dan awak pesawat. "Jatuhnya korban itu memang juga disesali oleh Marwoto," kata Assegaf.
Menurut dia, dalam pemeriksaan hari kedua setelah ditetapkan sebagai tersangka Marwoto masih dicecar dengan pertanyaan yang berkaitan dengan penerbangan dari Bandara Soekarno Hatta hingga Bandara Adisucipto, Yogyakarta. "Pertanyaannya banyak yang diulang," katanya.
Kamis, 31 Januari 2008
Anggota DPD Kecelakaan Pesawat di Papua
Dengan materi pemekaran daerah, mereka tengah meninjau calon Kabupaten Intan Jaya dan Deiyai sebagai pemekaran dari Kabupaten Paniai. Keempat anggota PAH I DPD yakni PRA Arief Natadiningrat, Ferdinanda Ibo Yatipay, AD Khaly, dan Midin B Lamany didampingi Ahmad Buchori (staf Setjen DPD).